Jumat, 04 November 2011 | By: yulia fitriani

Tugas III PEMANFAATAAN BAHASA INDONESIA PADA TATARAN NON ILMIAH

PEMANFAATAAN BAHASA INDONESIA PADA TATARAN NON ILMIAH
Non ilmiah (fiksi) adalah tulisan yang isinya berupa kisah rekaan, umumnya bersifat subyektif, persuasive, gaya bahasannya bias konkret atau abstrak, gaya bahasanya konotatif dan popular, tidak memuat hipotesis, penyajian dibarengi dengan sejarah yang ada, bersifat imajinatif, situasi didramatisir.
Macam-macam bahasa pada tataran non ilmiah :
Cerpen, novel, drama, dongeng, roman.

Contohnya:
Dongeng Roro Jonggrang atau kisah terjadinya candi Prambanan
Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerjaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tentram dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri pengging. Ketentraman kerajaan Prmabanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu manghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kajam. “Siapapun yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!”, ujar Bandung Bondowoso pada rakyatnya. Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan jin. Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati grak-gerik Roro jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita. “cantk nian putri itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku,”pikir bandung Bondowoso.
Esok harinya, Bondowoso mendekati Roro Jonggrang, “Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi permaisuriku?”, tanya Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang.
Roro Jonggrang tersentak, mendenngar pertanyaan Bondowoso. “laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya”, ujar Roro Jonggrang dalam hati, “Apa yang harus aku lakukan ?”. Roro Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirnya berputar-putar.
Jika ia menolak, maka Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serat rakyat Prambanan. Untuk mengiyakan pun tidak mungkin, karena Roro Jonggrang memang tidak suka dengann Bandung Bondowoso. “Bagaimana, Roro Jonggrang ?” desak Bondowoso. Akhirnya Roro Jonggrang mendapatkan ide. “saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya,”katanya. Apa syaratnya ? inging harta yang berlimpah ? atau istana yang megah ? “. Bukan itu, tuanku, kata Roro Jonggrang. Saya minta dibuatkan candi, jumlahnya dalam waktu semalam.” Bandung Bondowoso menatap Roro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan amarah.
Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000 candi. Akhirnya ia bertanya kepada penasehatnya. “saya percaya tuanku bisa membuat candi tersebut dengan bantuan jin!”. Kata penasehatnya. “Ya, benar juuga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan !”.
Setelah perlengkapan disiapkan. Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu. Kedua lengannya dibentangkan lebar-lebar. “Pasukan jin, Bantulah aku!” teriaknya dengan suara menggelegar. Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin menderu-deru, sesaat kemudian, pasukan jin sudah mengerumini Bandung Bondowoso. “Apa yang harus kami lakukan Tuan ?”, tanya pimpinan jin. “Bantu aku membangun seribu candi,” pinta Bandung Bonowoso.
Para jin segera bergerak ke sana kemari, melaksanakan tugas masing-masing. Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun hampir mencapai seribu buah. Sementara itu, diam-diam Roro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas, mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan Jin. “Wah, bagaimana ini?”, ujar Roro Jonggrang dalam hati. Ia mencari akal. Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami. “Cepat bakar semua jerami itu!” perintah Roro Jonggrang. Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Semburat warna merah memancar ke langit dengan didiringi suara hiruk pikuk, sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing.
Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. ”Wah, matahari akan terbit!” seru jin. “Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari,” sambung jin yang lain. Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin. Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang ke tempat candi. “Candi yang kau minta sudah berdiri!”. Roro Jonggrang  segera menghitung jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!”. Jumlahnya kurang satu !” seru Roro Jonggrang. “Berarti tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan”. Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu.
Ia menjadi sangat murka. “Tidak mungkin.......”, kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Roro Jonggrang. “Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!” katanya sambil mengarahkan jarinya pada Roro Jonggrang. Ajaib!! Roro Jonggrang lansung berubah menjadi patung batu.
Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wiliyah Prambanan, Jawa Tengah dan disebut candi Roro Jonggrang.   





0 komentar:

Posting Komentar