Jumat, 04 November 2011 | By: yulia fitriani

HIV/AIDS DAN PENANGANANNYA

HIV/AIDS DAN PENANGANANNYA


HIV merupakan singkatan dari ’Human Immunodeficiency Virus’. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
Apakah AIDS?
AIDS adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.
Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.
Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS.

Angka pengidap HIV/AIDS di berbagai daerah di Indonesia semakin meningkat. Di daerah Sulawesi Selatan dari tahun 1996 sampai tahun 2007 penderita HIV/AIDS yang tercatat mencapai 1.844 orang. Sementara jumlah penderita HIV/AIDS di Pulau Karimun Besar, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepri, sejak 2006 hingga 2008 tercatat 478 orang dan jumlah pengidap HIV/AIDS yang tercatat di DIY sebanyak 1.363 orang. Sebanyak 35 orang di antaranya merupakan anak-anak usia balita hingga SMP. Sedangkan di Kabupaten Biak Numfor, Papua mencapai 580 kasus.  
Peningkatan angka penderita HIV/AIDS di beberapa daerah di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu maraknya seks bebas, penyalahgunaan narkotika dan penggunaan jasa Pekerja Seks Komersial (PSK). Bahkan menurut perkiraan, menjelang 2010 sekitar 110.000 orang Indonesia akan menderita atau meninggal karena AIDS. Sedangkan jutaan lainnya akan terjangkit HIV positif. pada 2003, satu per tiga remaja putri dan satu per lima remaja putra usia antara 15-24 tahun ternyata belum pernah mendengar tentang HIV/AIDS. Situasi ini semakin parah karena obat anti retroviral sangat minim.
Selain itu, banyak kasus penularan HIV/AIDS juga disebabkan karena ibu yang telah mengandung mereka juga terjangkit HIV/AIDS, dan banyak diantara Si Ibu yang juga tertular dari suami mereka. Faktor lain yang berpengaruh yaitu banyaknya Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang melakukan hijrah ke daerah-daerah lain dengan berbagai alasan, salah satunya karena malu. Tetapi banyak juga masyarakat yang masih kurang paham terhadap bahaya HIV/AIDS terutama cara penularan dan pencegahannya.

Sementara itu prevalensi HIV di kalangan ibu hamil yang menjalani tes masih berada di bawah tiga persen. Sayangnya data untuk penduduk secara umum masih kurang.  Kendala utamanya adalah stigma, diskriminasi dan kurangnya pengetahuan masyarakat. Pada 2003, satu per tiga remaja putri dan satu per lima remaja putra usia antara 15-24 tahun ternyata belum pernah mendengar tentang HIV/AIDS. Situasi ini semakin parah karena obat anti retroviral sangat minim.
Peningkatan kasus penularan HIV di kalangan kelompok beresiko di beberapa daerah di Indonesia menjadi salah satu indikator potensi kenaikan yang cukup mengkhawatirkan.
            Uji klinis menunjukkan bahwa terapi tunggal dengan menggunakan inhibitor protease saja dapat menurunkan jumlah RNA HIV secara signifikan dan meningkatkan jumlah sel CD4 (indikator bekerjanya sistem imun) selama minggu pertama perlakuan. Namun demikian, kemampuan senyawa-senyawa ini untuk menekan replikasi virus sering kali terbatas, sehingga menyebabkan terjadinya suatu seleksi yang menghasilkan HIV yang tahan terhadap obat. 
Namun sampai saat ini belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Obat-obatan yang telah ditemukan hanya menghambat proses pertumbuhan virus, sehingga jumlah virus dapat ditekan.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna meminimalkan jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia diantaranya dengan pembagian jarum suntik dan kondom gratis dan lain sebagainya namun upaya tersebut hanya sebatas meniru program yang dilakukan oleh Negara lain seperti Amerika Serikat. Padahal di negara yang menjadi kiblat pemerintah dalam penanggulangan HIV-AIDS tersebut sudah tidak menggunakan program itu lagi karena dinilai gagal.  Pemerintah seharusnya lebih serius dalam menangani masalah HIV/AIDS dengan melakukan penyadaran preventif kepada generasi muda yang tergolong riskan terhadap penyebaran HIV/AIDS.
Selain itu adanya peran serta masyarakat dalam kesadaran dan pengetahuan mengenai penyakit menular ini melalui pendidikan dan advokasi masyarakat menjadi hal yang utama. Tujuannya untuk mencegah penyebaran epidemi ini lebih luas lagi. Kalau tidak, maka stigma, diskriminasi dan ketidaktahuan akan tetap menjadi kendala bagi upaya penanggulangan lebih jauh.

                Ani Seta, Desiana Caleng, Dwi Kenti, Hedwigis Judith, Theresia Misa

0 komentar:

Posting Komentar