Jumat, 04 November 2011 | By: yulia fitriani

MUDIK = SERU + PERLU??..

Walaupun lebaran sudah lewat,,segudang rencana sudah dijalankan termasuk bela-belain antre berjam jam demi selembar tiket bus, pesawat, atau kereta untuk pulang kampung.
Mudik adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Tradisi mudik hanya ada di Indonesia.
Angkutan mudik
Beban yang paling berat yang dihadapi dalam mudik adalah penyediaan sistem transportasinya karena secara bersamaan jumlah masyarakat menggunakan angkutan umum atau kendaraan melalui jaringan jalan yang ada sehingga sering mengakibatkan penumpang/pemakai perjalanan menghadapi kemacetan, penundaan perjalanan.

Cinta Tanah Leluhur
Menurut budayawan Jacob Soemardjo, secara historis merupakan tradisi masyarakat petani jawa memasuki masa tanam di masa Kerajaan Majapahit. Mereka membersihkan kuburan leluhur dan doa bersama memohon keselamatan untuk kampung halaman. Ketika agama Islam masuk, tradisi ini kemudian ‘diteruskan’ saat Idul Fitri dan akhirnya menyebar ke berbagai daerah.

Namun, tradisi mudik modern punya nilai tambah: sebagai tanda cinta kita pada tanah kelahiran. “Biasanya tanah kelahiran memiliki nilai khusus sehingga seakan memanggil kita untuk datang lagi. Sejauh apapun kita pergi dari tanah kelahiran itu selalu ada keinginan untuk pulang” Richardi Adnan (Sosiolog, UI).

Lebih Khidmat
Sebagian besr pemudik memilih hari raya untuk pulang kampung, karena kampung tersebut memiliki ritual tertentu yang hanya ada saat hari raya. Oleh karenanya meryakan lebaran di kampung halaman dirasa lebih afdol daripada di kota besar.
“Tradisi mudik/pulang ke udik menunjukan, kita sebenarnya berasal dari desa. Kota besar hanyalah tempat mencari nafkah. Lagipula Idul Fitri di desa memiliki suasana kekerabatan yang lebih besar dibandingkan di kota.

Kumpul Asyik
Tidak hanya rindu pada daerah yang bikin kita rela melewati kemacetan lalu lintas saat mudik. Tetapi kerinduan saat bertemu dan silahturahmi dengan anggota keluarga jadi penambah semangat para pemudik.
Tiadak heran, mudik bisa dikatakan sebagai kebutuhan primer masyarakat urban setiap tahunnya. (Richard Adnan, UI).
“Rasa lelah jadi hilang seketika saat bertemu saudara. Mudik sangat berguna buat kita yang ingin menyambung tali silahturahmi. Mudik menunjukan  kalau kita masih memperhatikan keluarga di desa. (Richard Adnan, UI).
Tetapi tidak semua orang bisa menikmati mudik, bagi sebagian orang yang lahir dan tinggal di kota, mungkin tidak merasa wajib mudiksaat lebaran.
Bagi generasi sekarang banyak yang menganggap desa bukan lagi kampung halamannya. Akibat gaya hidup yang individualis di kota, kita jadi cuek pada daerah asal sendiri. Mudik pun dilakukan lebih karena ‘takut’ pada sanksi sosial dari kerabatnya.

Jadi ajang pamer
Tidak sedikit pula yang ‘memanfaatkan’ pulang kampung ini sebagai ajang pamer keberhasilan selama hidup di kota. Tidak sedikit orang mudik mengenderai mobil mewah atau dengan membawa sejumlah oleh-oleh khas kota besar, bahkan ada juga yang pamer perhiasan sana-sini.
Ajang pamer ini sering bikin iri orang yang berada di kampung. Akibatnya, banyak yang mengira kalau hidup di kota lebih mudah dari menjanjikan pekerjaan yang lebih baik. Makanya urbanisasi jadi membludak saat arus balik, dan kota besar makin padat.
Membangun desa
Selain menanamkan rasa kebersamaan dan bebas dari hiruk pikuk kota besar. Mudik membuat daerah tujuan mudik lebih produktif.
“Mudik menambah pemasukan di sektor transportasi dan periwisita. Selain itu, pendapatan daerah akan meningkat karena pemudik banyak mebelanjakan uangnya untuk membeli souvenir, makan khasdaerah, dan mengeluarkan pajak kendaraan”  (Richard Adnan, UI).
Kenapa harus mudik
1.    Lebaran di kampung halaman terasa lebih khidmat.
2.    Ajang berbagi rezeki (THR) dengan keluarga terutama orang tua.
3.    Sudah jadi tradisi tahunan.
4.    Menjadi ajang reuni dengan teman-teman lama.
5.    Melihat kemajuan daerah asal, sekaligus mengenang masa lalu.
6.    Ziarah ke makam leluhur keluarga.
7.    Rindu pada makanan khas daerah yang tidak bisa ditemui di kota.
8.    Rekreasi dan liburan murah, tidak perlu mencari tempat penginapan.
9.    Perjalan mudik selalu memberikan kesan.
10.  ‘Takut’ pada sanksi sosial dari kerabatnya.

sumber: Majalah Cita-cinta, http://id.wikipedia.org/wiki/Mudik

0 komentar:

Posting Komentar