Sebagai alat komunikasi
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi pertahtian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita mengunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah "bahasa yang komunikatif". Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Dengan kata lain, kata besar atau luas, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata makro akan memberikan nuansa lain pada bahasa kita, misalnya "nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional".
Contohnya :
- kata Residu, misalnya lebih sulit dipahami dibandingkan kata ampas atau sisa. Dengan kata lain, kata besar, luas, ampas, atau sisa dianggap lebih monokatif karena bersifat lebih umum.
- Leksikografi lebih mudah dipahami dengan kata kamus atau perkamusan.
- Dahaga lebih sering digunakan untuk kata haus.
- Griya pada rumah hunian.
0 komentar:
Posting Komentar